Wednesday, January 22, 2025

Kapunduang: Dari Umpatan Kasar Hingga Buah Nostalgia di Ranah Minang

 **Kapunduang: Dari Umpatan Kasar Hingga Buah Nostalgia di Ranah Minang**  



**Pendahuluan**  

Assalamualaikum, teman-teman. Tahukah kalian bahwa istilah "Kapunduang" sering digunakan sebagai ungkapan saat seseorang merasa kesal atau marah di Ranah Minang, khususnya di Sumatra Barat? Bahkan, istilah ini juga dikenal oleh sebagian kecil masyarakat di Pekanbaru, terutama mereka yang memiliki garis keturunan Minang atau tinggal di lingkungan yang mayoritas bersuku Minang.  


Namun, di balik konotasi negatifnya, tahukah kalian bahwa "Kapunduang" sebenarnya adalah nama sebuah buah? Mari kita telusuri lebih jauh tentang buah yang kaya kenangan ini.  


**Kapunduang: Antara Kenangan dan Kesalahpahaman**  

Secara historis, Kapunduang adalah nama buah yang menjadi salah satu camilan favorit anak-anak kampung di era 90-an. Rasanya unik—asam, sepat, dan sedikit manis, tergantung tingkat kematangannya. Buah ini bisa dikenali dari kulitnya yang mulai menguning saat matang.  


Di masa lalu, ketika pilihan camilan tidak sebanyak sekarang dan kondisi ekonomi sederhana, anak-anak sering memanjat pohon untuk memetik Kapunduang. Bagi sebagian besar anak, termasuk saya sendiri, kegiatan ini tidak hanya sekadar mencari camilan, tetapi juga menjadi hiburan tersendiri.  


**Kapunduang dalam Bahasa dan Budaya**  

Kapunduang, atau dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai buah Menteng, memiliki nama ilmiah *Baccaurea racemosa*. Dalam bahasa Inggris, buah ini disebut "Menteng Fruit" atau "Cashew Fruit." Menariknya, nama buah ini bahkan diabadikan sebagai nama sebuah kompleks perumahan elit di Jakarta Selatan.  


Kapunduang juga memiliki "saudara sepupu," yaitu buah Rambai. Keduanya memiliki rasa yang hampir serupa, tetapi Rambai memiliki kulit yang lebih tipis dan warna buah yang lebih merah.  


Namun, sayangnya, banyak orang Minang yang lahir atau besar di luar Sumatra Barat, seperti di Pekanbaru, tidak mengetahui bahwa Kapunduang adalah nama buah. Mereka justru mengenalnya sebagai istilah kasar atau umpatan. Hal ini sering menimbulkan kesalahpahaman.  


**Pesan Bijak: Pilih Kata yang Baik**  

Jika kalian pernah mendengar seseorang mengumpat dengan kata "Kapunduang," jangan langsung marah. Mungkin saja mereka tidak tahu bahwa kata tersebut sebenarnya merujuk pada buah yang lezat ini. Atau mungkin, mereka hanya bercanda dengan mengacu pada baunya yang masam—karakteristik utama buah Kapunduang.  


Sebagai penutup, mari kita jadikan ini sebagai pengingat untuk selalu memilih kata-kata yang baik. Seperti pepatah yang sering kita dengar, *"Berkata baik atau diam."* Semoga kisah tentang Kapunduang ini bermanfaat dan memberikan perspektif baru bagi kita semua.  


**Kesimpulan**  

Kapunduang bukan sekadar istilah kasar, melainkan bagian dari budaya dan kenangan masa kecil di Ranah Minang. Selain itu, buah ini juga memiliki manfaat kesehatan, seperti kandungan antioksidan. Jadi, mari kita lestarikan pengetahuan ini dan terus menghargai kekayaan budaya lokal kita.  


Semoga bermanfaat!

No comments:

Post a Comment