Wednesday, January 15, 2025

MANDE RUBIAH (BUNDO KANDUANG)

 


SIAPA MANDE RUBIAH?? (BUNDO KANDUANG) CERITA MINANG

Assalamualaikum Dunsanak

 Mande rubiah, Mande rabiah, atau Mande rubiah hanya penulisan dan

penyebutannya saja yang berbeda padahal maksudnya sama untuk selanjutnya dipakai saja

Mande rubiah dalam perjalanan riwayatnya baik yang terdapat dalam kisah-kisah kabar atau

hikayat maupun yang hidup di tengah-tengah masyarakat tradisi khususnya di kalangan

masyarakat tradisi pesisir pantai Sumatera Barat Mande rubiah adalah gelar kehormatan yang

cukup terpandang untuk seorang wanita seperti juga gelar bundo kandung bagi seorang raja

atau pemimpin wanita di Minangkabau pada masa dahulu dalam versi Istana Baso Pagaruyong

menoktahkan bahwa Putih Indo Jalito adalah bundokandung yang sebenarnya namun dalam

versi Damasrayanya Darajinga Ibu Adityawarman adalah bundokandung yang sebenarnya

kemudian ada lagi versi Lunang yang mengklaim bahwa Mande rubiah adalah bundokandung Yang sebenarnya 

Versi Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu turut meramaikan bahwa

keturunan Putih mereka lah yang bundokandung tapi versi ini dapat dibedakan dengan kalimat

Nanai Ateh Jambangan Jambangan di Sungai Pagu dapat disimpulkan bahwa bundokandung

adalah personifikasi etnis sekaligus julukan yang diberikan kepada perempuan sulung atau

yang dituakan dalam suatu suku di Minangkabau jadi bundokandung adalah gelar bukan Personal orang

 sah-sah saja semuanya kalau begitu bahkan Rahma El Yunisyah dan Rohana

Kudus juga mendapatkan gelar ini 

oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa Mande rubiah adalah personifikasi etnis sekaligus julukan yang diberikan kepada perempuan sulung atau yang

dituakan dalam suatu suku di Minangkabau 


Dalam versi Lunang yang sekaligus merupakan gelar Ratu Kerajaan Minangkabau terakhir Lunang rumah gadang 

Mande rubiah memiliki

hubungan dengan Kerajaan Pagaruyuang sekitar tahun 1520 Masehi Raja Perempuan

Minangkabau yaitu Bundokandung beserta keluarga dan pengikutnya menghirap atau hijrah

dari Pagaruyong ke Tanah Menang negeri Lunang gelar Bundokandung kemudian berganti

menjadi Mande rubiah nama-nama suku dan gelar Raja dan Ratu pun ikut berganti awal

mulanya ialah pada Kaba Cinduomato

di dalam Kaba Cinduomato kedua orang tokoh utama

Ryo Depati dan anaknya Ryo Agung Muda disebut dengan nama Tiangbungku dan anaknya Imbang Jayo yang menyerang Pagaruyong karena keinginan Imbang Jayo untuk mempersunting anak tuanku Bagindo Rajomudo adik Bundokandung dari ranah Sekelawi yang

telah bertunangan dengan Dang Tuanku digagalkan oleh Cinduomato 

menurut Acanago HR

menuturkan bahwa putih panjang rambut juga disebut dengan nama Putri Lindung bulan ia menikah dengan Bujang Salamat dan lahirlah Raja Sri Mandul di dalam cerita Raja Muda

sedangkan dalam Kaba Cinduomato disebut Putih Tuo dengan gelar Bundokandung seperti di

dalam cerita Raja Muda Putih Tuo juga menikah dengan Bujang Salamat yang dituturkan

melalui cerita Kias Memanjat Pohon Nyur Gading 

sedangkan dalam cerita Payang Prahmata

Curito Poyang Perhamato disebut Putih Panjang Rambut yang menikah dengan Heang Indojati

bergelar Anggun dan Cendai adiknya disebut Raja Megat yang menjadi Raja Muda di ranah Sekelawi 

Cerita Poyang Pengahmato ataupun Kaba Cinduomato dan cerita Raja Muda

merupakan cerita yang mengisahkan mulai suramnya Wangsa Malayu atau Malayapura pada pertengahan abad ke-15 namun di masa pemerintahan Putih Panjang Rambut masih berhasil dipatahkan suatu penyerbuan yang dilakukan Bajak Laut Cina yang memisahkan diri dan bergabung dengan kelompok Bajak Laut lainnya yang berada di Kiulang Pelabuharı Lama Palembang yang waktu itu dipimpin Chen Tzu Bajak Laut Cina itu ditundukkan oleh tentara Cina sendiri atas permintaan para pembesar Palembang pemimpin tentara Cina waktu itu adalah Laksamana Chen Ho seorang penganut Islam yang taat sekelompok Bajak Laut Cina menyingkir ke Pasemah dengan pasukannya sementara seorang pemimpinnya bersama putranya meninggalkan kawasan itu terus masuk ke Ranah Sekalawi dari sini ia terus ke Ulu Rawas tempat sebuah kerajaan kecil yang benama Sungai Nyang disini pemimpin Bajak Laut Cina yang lari itu dikenal sebagai Ryo Depati Tiang Bungku sedangkan putranya Ryo Agung dikenal sebagai Imbang Jayo dan di Sungai Nyang pula lah Tiang Bungku dan Imbang Jayo tampil menggagalkan perampokan yang dipimpin Ryo Jenang bersama kakaknya Ryo Centang 

Ryo Jenang menyerah dan saat itu Tiang Bungku bersama putranya Imbang Jayo diminta oleh Raja Sungai Nyang untuk menetap di negerinya bahkan Tiang Bungku diambil jadi menantunya dinikahkan dengan putrinya bernama Putri Sabuni Burung Berkicau dari perkawinan ini lahirlah Putri Ratna Intan Patidewi di dalam Kaba Cendomato disebut Putri Ranit Jentan sedangkan dalam cerita Raja Muda adalah putri dari Raja Muda sendiri dengan Putri Bungsu yang dilahirkan Putri Ratna Kuntumsari Ryo Agung 

di dalam Kaba Cindua mato disebut Imbang Jaya sedangkan di dalam cerita Raja Muda disebut Imbangan Jajar dari negeri Cempakasari Ryo Centang disebut Lalat Tuo 

No comments:

Post a Comment