Assalamualaikum Dunsanak
Mande rubiah, Mande rabiah, atau Mande rubiah hanya penulisan dan
penyebutannya saja yang berbeda padahal maksudnya sama untuk selanjutnya dipakai saja
Mande rubiah dalam perjalanan riwayatnya baik yang terdapat dalam kisah-kisah kabar atau
hikayat maupun yang hidup di tengah-tengah masyarakat tradisi khususnya di kalangan
masyarakat tradisi pesisir pantai Sumatera Barat Mande rubiah adalah gelar kehormatan yang
cukup terpandang untuk seorang wanita seperti juga gelar bundo kandung bagi seorang raja
atau pemimpin wanita di Minangkabau pada masa dahulu dalam versi Istana Baso Pagaruyong
menoktahkan bahwa Putih Indo Jalito adalah bundokandung yang sebenarnya namun dalam
versi Damasrayanya Darajinga Ibu Adityawarman adalah bundokandung yang sebenarnya
kemudian ada lagi versi Lunang yang mengklaim bahwa Mande rubiah adalah bundokandung Yang sebenarnya
Versi Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu turut meramaikan bahwa
keturunan Putih mereka lah yang bundokandung tapi versi ini dapat dibedakan dengan kalimat
Nanai Ateh Jambangan Jambangan di Sungai Pagu dapat disimpulkan bahwa bundokandung
adalah personifikasi etnis sekaligus julukan yang diberikan kepada perempuan sulung atau
yang dituakan dalam suatu suku di Minangkabau jadi bundokandung adalah gelar bukan Personal orang
sah-sah saja semuanya kalau begitu bahkan Rahma El Yunisyah dan Rohana
Kudus juga mendapatkan gelar ini
oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa Mande rubiah adalah personifikasi etnis sekaligus julukan yang diberikan kepada perempuan sulung atau yang
dituakan dalam suatu suku di Minangkabau
Dalam versi Lunang yang sekaligus merupakan gelar Ratu Kerajaan Minangkabau terakhir Lunang rumah gadang
Mande rubiah memiliki
hubungan dengan Kerajaan Pagaruyuang sekitar tahun 1520 Masehi Raja Perempuan
Minangkabau yaitu Bundokandung beserta keluarga dan pengikutnya menghirap atau hijrah
dari Pagaruyong ke Tanah Menang negeri Lunang gelar Bundokandung kemudian berganti
menjadi Mande rubiah nama-nama suku dan gelar Raja dan Ratu pun ikut berganti awal
mulanya ialah pada Kaba Cinduomato
di dalam Kaba Cinduomato kedua orang tokoh utama
Ryo Depati dan anaknya Ryo Agung Muda disebut dengan nama Tiangbungku dan anaknya Imbang Jayo yang menyerang Pagaruyong karena keinginan Imbang Jayo untuk mempersunting anak tuanku Bagindo Rajomudo adik Bundokandung dari ranah Sekelawi yang
telah bertunangan dengan Dang Tuanku digagalkan oleh Cinduomato
menurut Acanago HR
menuturkan bahwa putih panjang rambut juga disebut dengan nama Putri Lindung bulan ia menikah dengan Bujang Salamat dan lahirlah Raja Sri Mandul di dalam cerita Raja Muda
sedangkan dalam Kaba Cinduomato disebut Putih Tuo dengan gelar Bundokandung seperti di
dalam cerita Raja Muda Putih Tuo juga menikah dengan Bujang Salamat yang dituturkan
melalui cerita Kias Memanjat Pohon Nyur Gading
sedangkan dalam cerita Payang Prahmata
Curito Poyang Perhamato disebut Putih Panjang Rambut yang menikah dengan Heang Indojati
bergelar Anggun dan Cendai adiknya disebut Raja Megat yang menjadi Raja Muda di ranah Sekelawi
Cerita Poyang Pengahmato ataupun Kaba Cinduomato dan cerita Raja Muda
merupakan cerita yang mengisahkan mulai suramnya Wangsa Malayu atau Malayapura pada pertengahan abad ke-15 namun di masa pemerintahan Putih Panjang Rambut masih berhasil dipatahkan suatu penyerbuan yang dilakukan Bajak Laut Cina yang memisahkan diri dan bergabung dengan kelompok Bajak Laut lainnya yang berada di Kiulang Pelabuharı Lama Palembang yang waktu itu dipimpin Chen Tzu Bajak Laut Cina itu ditundukkan oleh tentara Cina sendiri atas permintaan para pembesar Palembang pemimpin tentara Cina waktu itu adalah Laksamana Chen Ho seorang penganut Islam yang taat sekelompok Bajak Laut Cina menyingkir ke Pasemah dengan pasukannya sementara seorang pemimpinnya bersama putranya meninggalkan kawasan itu terus masuk ke Ranah Sekalawi dari sini ia terus ke Ulu Rawas tempat sebuah kerajaan kecil yang benama Sungai Nyang disini pemimpin Bajak Laut Cina yang lari itu dikenal sebagai Ryo Depati Tiang Bungku sedangkan putranya Ryo Agung dikenal sebagai Imbang Jayo dan di Sungai Nyang pula lah Tiang Bungku dan Imbang Jayo tampil menggagalkan perampokan yang dipimpin Ryo Jenang bersama kakaknya Ryo Centang
Ryo Jenang menyerah dan saat itu Tiang Bungku bersama putranya Imbang Jayo diminta oleh Raja Sungai Nyang untuk menetap di negerinya bahkan Tiang Bungku diambil jadi menantunya dinikahkan dengan putrinya bernama Putri Sabuni Burung Berkicau dari perkawinan ini lahirlah Putri Ratna Intan Patidewi di dalam Kaba Cendomato disebut Putri Ranit Jentan sedangkan dalam cerita Raja Muda adalah putri dari Raja Muda sendiri dengan Putri Bungsu yang dilahirkan Putri Ratna Kuntumsari Ryo Agung
di dalam Kaba Cindua mato disebut Imbang Jaya sedangkan di dalam cerita Raja Muda disebut Imbangan Jajar dari negeri Cempakasari Ryo Centang disebut Lalat Tuo
No comments:
Post a Comment