Siti Manggopoh SINGA BETINA dari Minangkabau.
Ini kisah tentang perempuan cantik yang memimpin Perang Belasting seabad silam, membuat Belanda kalang kabut; 53 dari 55 tentara Belanda yang bermarkas di Nagari Manggopoh meregang nyawa. Setelah ditikam, para tentara itu disembelih. Bukan legenda, ini kisah nyata!
Namanya memang tak seharum R.A Kartini. Namun, perjuangannya melawan Belanda sangat fenomenal, kecantikannya berhasil memperdaya tentara Belanda, lekuk tubuhnya membuat musuh lengah, senyumnya yang dikulum membuat para meneer dari Negeri Kincir Angin itu mabuk kepayang.
100 Km dari Kota Padang dan 60 km dari Bukittinggi terdapat sebuah nagari bernama Manggopoh. Dari sinilah cerita berasal, nagari di utara Pariaman dan selatan Pasaman ini merupakan nagari tertua di Luhak Agam.
Di sinilah Siti Manggopoh lahir tahun 1880, meninggal di Gasan Gadang, Padang Pariaman, Sumatera Barat, tahun 1965 pada umur 85 tahun.
Di Minangkabaw, anak perempuan merupakan harta paling berharga, satu keluarga akan selalu merasa miskin bila tak punya anak perempuan. Tak ayal jika Siti kecil disayangi oleh orang tua, para ninik manak dan lima kakak laki-lakinya.
Pada tahun 1908, Siti melakukan perlawanan terhadap kebijakan ekonomi Belanda melalui pajak uang (belasting). Peraturan belasting dianggap bertentangan dengan adat Minangkabau, karena tanah adalah kepunyaan komunal atau kaum di ranah Minang.
Pada tanggal 16 Juni 1908, Belanda sangat kewalahan menghadapi tokoh perempuan Minangkabau ini, sehingga meminta bantuan kepada tentara Belanda yang berada di luar nagari Manggopoh, perang ini kemudian dinamai Perang Belasting.
Perang Manggopoh tanggal 15-16 Juni 1908 berawal dari rasa muak, kaum ninik mamak, alim ulama, cerdik pandai dan rakyat Kanagarian Manggopoh, Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat.
Seluruh elemen masyarakat Manggopoh menilai tindakan-tindakan serdadu Belanda sudah berada di luar batas kewajaran sebagai manusia, dan melanggar adat sopan santun masyarakat Manggopoh yang menjunjung tinggi nilai adat dan budaya luhur Minangkabau.
Dalam catatan sejarah ini, ruduih (pedang pendek) telah menjadi saksi keberanian seorang perempuan Minang, dan perjuangan masyarakat Minang dalam perang melawan kolonial Belanda.
Sebagai momentum bersejarah, sampai sekarang Tugu Siti Manggopoh masih bisa kita lihat di Simpang Gudang Lubuk Basung, salah satu jalan alternatif dari Lubuk Basung ke Pasaman Barat.
No comments:
Post a Comment